Skip to content

Adam Ilyas, S.H.

Catatan Sarjana Hukum dari Desa

Menu
  • Home
  • About Me
Menu
Penerbitan Sertifikat Ganda oleh Badan Pertanahan Nasional

Penerbitan Sertifikat Ganda oleh Badan Pertanahan Nasional

Posted on Januari 23, 2024Agustus 26, 2024 by Adam Ilyas

Artikel ini merupakan tugas kuliah Penulis dalam mata kuliah Hukum Administrasi Negara. Karena merupakan paper yang berisi hal umum dan menurut hemat Penulis banyak dicari, maka Penulis upload naskah tugas kuliah tersebut ke Researchgate sebagai naskah Preprints. Jika Pembaca ingin mendapatkan naskah secara lengkap dapat mengunduhnya melalui link berikut:

Download Full Paper

Table of Contents

Toggle
  • Penerbitan Sertifikat Ganda
  • Dampak Penerbitan Sertifikat Ganda
  • Penyebab Penerbitan Sertifikat Ganda
  • Upaya Penanggulangan Penerbitan Sertifikat Ganda
  • Penyelesaian Penerbitan Sertifikat Ganda
  • Gugatan pembatalan sertifikat di PTUN
  • Gugatan kepemilikan tanah di Pengadilan Perdata

Penerbitan Sertifikat Ganda

Penerbitan sertifikat ganda merupakan salah satu permasalahan pertanahan yang sering terjadi di Indonesia. Sertifikat ganda adalah suatu kondisi di mana sebidang tanah memiliki lebih dari satu sertifikat kepemilikan. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi masyarakat maupun bagi pemerintah.

Dampak Penerbitan Sertifikat Ganda

Dampak negatif dari penerbitan sertifikat ganda antara lain:

  1. Ketidakpastian hukum. Sertifikat ganda menimbulkan ketidakpastian hukum karena terdapat lebih dari satu pihak yang mengklaim memiliki hak atas sebidang tanah yang sama. Hal ini dapat menimbulkan konflik dan sengketa pertanahan.
  2. Kerugian material. Pihak yang kalah dalam sengketa pertanahan akibat sertifikat ganda dapat mengalami kerugian material, baik berupa kehilangan tanah, bangunan, maupun hasil usaha yang berada di atas tanah tersebut.
  3. Kekurangan pendapatan negara. Penerbitan sertifikat ganda dapat merugikan negara karena negara kehilangan potensi penerimaan pajak dari sektor pertanahan.

Penyebab Penerbitan Sertifikat Ganda

Penyebab penerbitan sertifikat ganda dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

  • Kesalahan administrasi. Kesalahan administrasi dapat terjadi karena kelalaian atau kesengajaan dari petugas BPN. Kesalahan administrasi yang sering terjadi antara lain:
    • Kesalahan dalam pendataan dan penginputan data tanah.
    • Kesalahan dalam penerbitan sertifikat.
  • Tindakan kejahatan. Tindakan kejahatan dapat terjadi karena adanya oknum yang sengaja melakukan pemalsuan dokumen atau memalsukan kepemilikan tanah.

Upaya Penanggulangan Penerbitan Sertifikat Ganda

Upaya penanggulangan penerbitan sertifikat ganda perlu dilakukan oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun lembaga swadaya masyarakat. Upaya-upaya tersebut antara lain:

  1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di BPN, baik dari segi pendidikan, pelatihan, maupun pengawasan.
  2. Peningkatan sistem informasi pertanahan. Pemerintah perlu meningkatkan sistem informasi pertanahan agar dapat memberikan informasi yang akurat dan terkini tentang status kepemilikan tanah.
  3. Pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu diberdayakan agar dapat memahami hak-hak atas tanah dan dapat berpartisipasi dalam pengawasan terhadap penerbitan sertifikat tanah.

Penerbitan sertifikat ganda merupakan permasalahan pertanahan yang kompleks dan membutuhkan penanganan yang serius. Upaya penanggulangan penerbitan sertifikat ganda perlu dilakukan secara komprehensif dan melibatkan berbagai pihak.

Penyelesaian Penerbitan Sertifikat Ganda

Gugatan sertifikat ganda dilayangkan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) jika gugatan tersebut ditujukan untuk membatalkan sertifikat yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Hal ini dikarenakan PTUN berwenang untuk mengadili sengketa tata usaha negara, termasuk sengketa mengenai sertifikat tanah.

Sementara itu, gugatan sertifikat ganda dilayangkan ke Pengadilan Perdata jika gugatan tersebut ditujukan untuk menentukan kepemilikan atas tanah yang diklaim oleh dua orang atau lebih. Hal ini dikarenakan Pengadilan Perdata berwenang untuk mengadili sengketa perdata, termasuk sengketa mengenai kepemilikan tanah.

Jadi, jawabannya tergantung pada tujuan gugatan sertifikat ganda tersebut. Jika tujuannya adalah untuk membatalkan sertifikat, maka gugatan dilayangkan ke PTUN. Jika tujuannya adalah untuk menentukan kepemilikan atas tanah, maka gugatan dilayangkan ke Pengadilan Perdata.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai dua jenis gugatan sertifikat ganda tersebut:

Gugatan pembatalan sertifikat di PTUN

Gugatan pembatalan sertifikat di PTUN dapat diajukan oleh orang yang merasa dirugikan oleh diterbitkannya sertifikat ganda. Gugatan ini bertujuan untuk menyatakan sertifikat yang diterbitkan oleh BPN batal demi hukum.

Untuk mengajukan gugatan pembatalan sertifikat di PTUN, pemohon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  • Memiliki kepentingan hukum;
  • Melampirkan bukti-bukti yang mendukung gugatan;
  • Membayar biaya perkara.

Gugatan kepemilikan tanah di Pengadilan Perdata

Gugatan kepemilikan tanah di Pengadilan Perdata dapat diajukan oleh orang yang merasa memiliki hak atas tanah yang diklaim oleh orang lain. Gugatan ini bertujuan untuk menentukan siapa yang memiliki hak atas tanah tersebut.

Untuk mengajukan gugatan kepemilikan tanah di Pengadilan Perdata, penggugat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

  • Memiliki hak atas tanah;
  • Melampirkan bukti-bukti yang mendukung gugatan;
  • Membayar biaya perkara.

Dalam hal gugatan sertifikat ganda dilayangkan ke Pengadilan Perdata, maka Pengadilan Perdata akan terlebih dahulu memeriksa apakah sertifikat yang diterbitkan oleh BPN tersebut sah atau tidak. Jika sertifikat tersebut sah, maka Pengadilan Perdata akan memeriksa siapa yang memiliki hak atas tanah tersebut berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Adam Ilyas, Legal Expert and Constitutional Court Employee

Adam Ilyas, S.H.

Adam Ilyas, S.H. lahir pada tahun 1999 di Desa Popoh, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Saat ini Adam Ilyas mengabdi di Mahkamah Konstitusi. Adam Ilyas juga aktif dalam dunia penulisan, Ia telah menerbitkan berbagai buku dan jurnal yang membahas isu-isu penting di bidang hukum pidana, hukum tata negara, dan hukum administrasi negara. Melalui karya-karyanya, Ia berkontribusi signifikan dalam pengembangan pemikiran hukum di Indonesia, memberikan wawasan yang mendalam bagi para praktisi dan akademisi.

Instagram LinkedIn Twitter Facebook Google Scholar Literasi Hukum CV
Discover More
  • Problematika Peraturan Mahkamah Konstitusi dan Implikasinya
  • Membangun Moralitas dan Hukum sebagai Integrative Mechanism di Masyarakat dalam Perspektif Hukum Progresif
  • Apakah Hukum Itu Harus Tertulis? Sebuah Tinjauan Kritis
  • Politik ‘Mengontrol’ Hukum
  • Penerbitan Sertifikat Ganda oleh Badan Pertanahan Nasional
  • Agustus 2024
  • Januari 2024
  • Blog
  • Jurnal
© 2025 Adam Ilyas, S.H. | Powered by Superbs Personal Blog theme